Translate

Thursday, February 15, 2018

Yes, Akhirnya Kontrak Pengadaan Pesawat Tempur SU-35 Ditandatangani

Setelah Sekian Lama Akhirnya Kontrak Pengadaan Pesawat Tempur SU-35 Ditandatangani

Kementerian Pertahanan (Kemhan) akhirnya menandatangani kontrak pengadaan pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi Su-35.
"Sudah (tanda tangan kontrak-red) pada Rabu 14 Februari 2018, di Indonesia," ujar Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Publik, Kemhan Brigadir Jenderal TNI Totok Sugiharto,  Kamis (15/2/2018).
Rencananya dua pesawat tempur canggih ini tiba pada Oktober mendatang dengan persenjataan lengkap.
"Insya Allah, full combat ," katanya.
Seperti diketahui, pembelian pesawat Sukhoi Su-35 ini bertujuan untuk menggantikan F-5 Tiger yang sudah tidak layak terbang. "Sebanyak 11 pesawat Sukhoi Su-35 full combat ," tegas mantan Kapendam V/Brawijaya ini.
Alasan memilih Sukhoi Su-35 untuk memperkuat pertahanan Indonesia, pernah diungkap Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, Agustus tahun lalu.
Menurut dia, pesawat tempur jenis terbaru ini memiliki kemampuan mengunci target. "Dari jauh, dia (Sukhoi SU-35) sudah bisa tahu ada berapa target dan menyiapkan peluru ya untuk menembak," kata Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa 22 Agustus 2017.

Saturday, February 10, 2018

Melihat Pesawat Terbang Buatan Warga Kabupaten Sukoharjo

Ini Dia Pesawat Buatan Seorang Montir di Kabupaten Sukoharjo

SUKOHARJO — Badan pesawat terbang terparkir di garasi rumah di Dusun Tempel, Desa Pondok, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Selasa (6/2/2018). Terdapat baling-baling udara di ujung bodi pesawat terbang yang berfungsi mengonversi putaran menjadi kekuatan pendorong.
Di tengah bodi pesawat, ada tulisan warna hitam berbunyi “Uji Mesin Pendorong”. Pesawat terbang rakitan itu tak utuh lantaran belum ada sayap di kedua sisinya. Bodi pesawat terbang itu dibuat Texswan Purbobusono, 65, yang sehari-hari bekerja sebagai montir bengkel mobil dan freelance reparasi barang-barang elektronik.
Berbekal keterampilan dan keahlian di bidang otomotif, ia merakit bodi pesawat terbang. “Ada empat bagian pesawat terbang yakni badan pesawat [fuselage], sayap [wing], belakang pesawat [empennage] serta roda pendarat. Hanya sayap pesawat yang belum saya buat lantaran terkendala dana,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya, Selasa.
Pria yang akrab disapa Leo ini mengungkapkan pesawat terbang itu beratnya tak lebih dari 100 kilogram (kg) dengan panjang sekitar lima meter. Leo merakit beberapa bagian pesawat sejak dua tahun lalu. Sebagian besar badan pesawat terbuat dari aluminium bekas dari salah satu kantor instansi pemerintah di Kota Solo.
Menariknya, mayoritas bahan rakitan badan pesawat merupakan barang bekas atau rongsok. “Saya sering membeli spare part sepeda motor di Pasar Silir, Solo. Harganya lebih murah dibanding membeli di toko onderdil sepeda motor. Uang pribadi yang digunakan untuk merakit pesawat terbang Rp22 juta,” ujar Leo.
Leo terobsesi membikin pesawat terbang lantaran bermimpi melihat wilayah Soloraya dari langit. Dia belajar merakit pesawat terbang secara autodidak. Proses perakitan badan pesawat terbang tak dilakukan saban hari.
Leo harus merampungkan pekerjaan memperbaiki mobil yang mogok atau barang-barang elektronik seperti televisi, komputer, dan kulkas. Saat memiliki waktu luang, Leo lantas merakit satu per satu badan pesawat.
Mesin pendorong pesawat terbang itu telah diuji coba di jalan raya. Leo mengendarai badan pesawat mengelilingi kawasan Solo Baru, Grogol. “Jika sudah ada sayap, saya akan melakukan uji coba terbang di landasan pacu di Pantai Depok, Bantul, DIY. Saya yakin bisa terbang karena sudah diperhitungkan secara teknis. Bahan bakarnya ya premium bukan avtur yang digunakan pesawat terbang,” terang dia.
Sementara itu, seorang warga Desa Pondok, Kecamatan Grogol, Joko, mengatakan Leo diketahui beberapa kali menguji coba mesin pendorong pesawat terbang melewati jalan perdesaan. Kala itu, laju pesawat cukup kencang.
Padahal, kondisi jalan perdesaan cukup sempit. Alhasil, badan pesawat yang dikemudikan Leo pernah menabrak tiang listrik di pinggir jalan. Joko mengaku bangga terhadap pesawat rakitan karya Leo.

Friday, February 2, 2018

Kota Paling Layak Huni di Indonesia 2018

Cek Apa Kota mu Masuk di Daftar 7 Kota Paling Layak Huni Tahun 2018


Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia meluncurkan indeks kota layak huni di Indonesia. Indeks tersebut disusun berdasarkan hasil survei yang digelar di 26 kota dan 19 provinsi. 
Masing-masing kota diwakili oleh 100 hingga 200 warga yang menetap di kota tersebut.

Margin of error survei ini sebesar 95% survei dengan menggunakan metode kuisioner skala likert.
Lalu bagaimana hasilnya? Berikut kota-kota yang paling layak huni dan kota-kota paling tidak layak huni menurut hasil survei tersebut:

1. Kota Surakarta Jadi Yang Paling Layak 


Ketua Kompartemen Livable City IAP Elkana Catur mengatakan Solo terpilih menjadi kota yang memiliki nilai paling tinggi dan konsisten menjadi kota yang layak huni bagi warganya. 

Berdasarkan data kota layak huni, pada tahun 2017 index kota layak huni Solo mencapai 66,9 persen meskipun angka tersebut turun dari semula 69,38 persen pada 2014. 

Selain Solo, ada enam kota lain yang masuk ke dalam top tier city, yakni kota dengan nilai index livability di atas rata-rata. 

Keenam kota tersebut yakni Palembang (66,6 persen), Balikpapan (65,8), Denpasar (65,5 persen), Semarang (65,4 persen), Tangerang Selatan (65,4 persen) dan Banjarmasin (65,1 persen).

"Solo dan Balikpapan adalah kota yang konsisten sebagai Top Cities. Kota Solo adalah kota yang memiliki index tertinggi disusul dengan Balikpapan dan kota lainnya," kata Elkana.

2. Aspek Yang Diperhitungkan 

Hasil survei juga terungkap jika aspek ketercukupan pangan dan fasilitas peribadatan serta pelayanan keagamaan dari sebuah kota menjadi aspek paling memuaskan bagi masyarakat dengan presentase mencapai 76 persen.

Aspek ketiga yang dirasa cukup membuat masyarakat Indonesia merasa nyaman tinggal di kotanya yaitu pengelolaan air bersih, angkanya mencapai 75 persen. 

"Fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan juga menjadi poin plus masyarakat merasa nyaman hidup di kotanya, kedua angkanya sama yaitu 71 persen. 

3. Kota Paling Tidak Nyaman di Indonesia 

Selain kota-kota layak huni, survei juga menunjukkan kota-kota yang dinilai tidak layak huni oleh warganya sendiri. 

Kota-kota tersebut yaitu Pontianak (62,0 persen), Depok (61,8 persen), Mataram (61,6 persen), Tangerang (61,1 persen), Banda Aceh (60,9 persen), Pekanbaru (57,8 persen), Samarinda (56,9 persen), Bandar Lampung (56,4 persen), Medan (56,2 persen), dan Makassar (55,7 persen).

"Pontianak dan Medan konsisten menempati urutan bawah. Makassar kota metropolitan dan perekonomian makin maju ternyata malah menurun," jelas Elkana.

Adapun lima aspek terbawah yang paling dirasa kurang oleh masyarakat adalah ketersiadaan transportasi, keselamatan, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta informasi pembangunan dan partisipasi masyarakat.

"Sekarang ini sebenarnya banyak warga berharap bisa dilibatkan lebih luas dalam proses pembangunan, ini perlu diperhatikan," ujarnya.