Translate

Saturday, June 3, 2017

Nasib Proyek Pesawat Tempur KFX/IFX Setelah Di Audit

Nasib Kelanjutan Proyek Pesawat Tempur KFX/IFX Setelah Terkena Audit.

Dewan Audit dan Inspeksi (BAI) Korea Selatan sedang melakukan audit terhadap program pengembangan proyek pesawat tempur masa depan KFX/IFX yang merupakan kerjasama antara Korea Selatan dengan Indonesia. Menurut dewan Audit dan Inspeksi (BAI) Korea Selatan pada hari jumat, penyelidikan atas pelaksanaan kesepakatan offset pada proyek tersebut telah dilakukan sejak April 2017 lalu. Bada Administrasi Progaram Akuisisi Pertahanan (DAPA) adalah subyek penyelidikannya.

Transfer 25 taknologi termasuk dalam kontrak yang telah ditanda tangani dengan Lockheed Martin pada bulan September 2014 sebagai imbalan atas pembelian 40 unit jet tempur siluman F-35 untuk Angkatan Udara Korea Selatan. Namun, sebelum proyek tersebut diluncurkan secara resmi di bulan Januari 2016, program tersebut mengalami krisis parah setelah pemerintah AS menolak memberi izin kepada Lockheed untuk menyerahkan 4 teknologi inti, yaitu radar active electronically scanned array (AESA), pod penargetan opto-electronika (EOTGP), jammer frekuensi radio (RF) dan sistem pencarian dan pelacakan inframerah (IRST).

DAPA mengatakan bahwa Korea Selatan akan mengembangkan sendiri radar AESA, setelah pemerintah AS menolak menyerahkannya kepada Korea Selatan karena alasan keamanan.  Hanwha Thales, afiliasi dari Hanwha Group, tahun lalu terpilih untuk memproduksis radar AESA, peralatan penting yang akan membantu pilot untuk membedakan teman atau musuh dalam pertempuran dan mencari target di medan perang. Dibawah pengawasan Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) Korea Selatan.

Sedangkan kontroversi yang menyebabkan audit itu adalah seputar peran Mentri Pertahanan Kim Kwan-jin atas keputusan kontroversialnya membeli jet tempur siluman F-35 dari Lockheed Martin. Kim memimpin Komite Eksekutif Program Akuisisi Pertahanan, sebuah panel yang telah memilih F-35, mengalahkan tender dari Boeing F-15SE pada bulan Maret lalu. Kim telah membantah tuduhan bahwa DAPA berbohong tentang persyaratan kontrak untuk membantu Lockheed Martin untuk memenagkan tender tersebut. Pejabat DAPA menyebutkan bahwa Komite memutuskan memilih F-35, padahal diawalnya mereka mengajukan F-15SE, karena Boeing lebih positif dalam menyerahkan teknologi inti mereka dibanding Lockheed Martin.

Ada spekulasi bahwa proyek persenjataan lainnya juga bisa diselidiki karena Presiden Moon Jee-in bertekad memberantas korupsi di  Korea Selatan. Kantor kepresidenan Korea Selatan atau dikenal dengan Cheong Wa Dae telah mengumumkan membentuk gugus tugas khusus yang bertujuan untuk "merombak kontrak bisnis pertahanan" yang telah dibuat oleh pemerintah sebelumnya. Proyek KFX ditunjukan untuk mengembangkan proyek jet bermesin ganda yang dilengkapi peralatan elektronik muthakir dan canggih pada tahun 2026, direncanakan untuk menggantikan armada tua F-4 dan F-5 milik Angkatan Udara Korea Selatan.

Proyek Pengembangan jet tempur tersebut diperkirakan menalan dana 8,5 triliun won, dan tambahan 10 triliun won dibutuhkan untuk memproduksi 120 jet pada 2032. Dari kutipan diatas yang menyebut "Merombak kontrak bisnis pertahanan pemerintah sebelumnya", apakah hal ini akan termasuk tentang pengembangan proyek pesawat tempur KFX/IFX antara Korea Selatan dan Indonesia? dan apakah juga akan termasuk besaran 'Biaya' yang akan ditanggung masing-masing negera dalam pengembangan jet tempur canggih itu? Dan sepertinya kita harus bersabar menunggu selesainya proses audit yang akan dilakukan oleh Dewan Audit dan Inspeksi (BAI) Korea Selatan tersebut.

No comments:

Post a Comment