Translate

Tuesday, June 13, 2017

Presiden Filiphina Ancam Akan Menutup Pangkalan Militer AS Di Negaranya dan Menyebut Mantan Presiden AS Sebagai "anak pelacur"

Presiden Filiphina Rodrigo Duterte Mengancam Akan Menutup Pangkalan Militer AS di Filiphina


Setelah kedutaan AS pada hari Sabtu Mengumumkan bahwa Pasukan Khusus Pentagon akan memberi dukungan logistik militer non-tempur kepada Angkatan Darat Filiphina yang sedang putus asa dalam pertempuran melawan kelompok ekstrimis di selatan Filiphina, Presiden Filiphina Rodrigo Duterte pada hari Minggu megklaim bahwa dia tidak meminta bantuan AS.

Militer Filiphina sedang berjuang untuk mengusir pemberontak bersenjata yang bersekutu dengan ISIS sejak tanggal 23 Mei di sebelah selatan Pulau Mindanao yang luas. Duterte telah menolak aliansi jangka panjang antara Washington-Manila, sehingga menyebut mantan Presiden AS Barack Obama sebagai "anak pelacur", dan berjanji untuk menutup pangkalan militer AS di negara tersebut, Dia juga mengklaim bahwa Russia dan China akan menyediakan bantuan militer dan keuangan yang dibutuhkan Filiphina saat ini.

(Cari Barang Keperluan Ramadhan disini: http://ho.lazada.co.id/SHQv1F buruan ada promo menarik lho)

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimanan Pasukan Khusus AS mendapatkan otorisasi untuk bergabung dalam pertempuran tersebut, kemungkinan pihak militer Filiphina yang melakukannnya dan tanpa sepengetahuan Presiden Duterte. Juru Bicara militer Filiphina menegaskan bahwa pada hari sabtu pasukan AS memberi dukungan logistik dan pengintaian, namun mereka tidak ikut berperang disana, jelas Reuters mengkonfirmasi pernyataan pentagon mengenai ketrlibatan pasukan AS dalam peperangan tersebut berdasarkan informasi pejabat yang minta tak disebutkan namanya.

Sebuah pernyataan dari pemerintah Filiphina, bahwa militer AS dilarang terlibat dalam pertempuran, namun menambahkan bahwa pertarungan melawan terorisme tak hanya menjadi perhatian Filiphina dan Amerika Serikat namun juga menjadi perhatian oleh banyak negara diseluruh dunia. Presiden Duterte mengumumkan darurat militer di Mindanau setelah milisi yang bersekutu dengan ISIS tersebut merebut kota Marawi.

Presiden Filiphina mengklaim bahwa dengan memberlakukan darurat militer dia dapat mengendalikan militer negara tersebut. Namun Presiden Filiphina tersebut tak berkomentar mengenai pejabat militer Filiphina telah melampaui kewenangannya untuk meminta bantuan kepada pihak AS.Sejauh ini, dilaporkan bahwa 300 orang telah tewas dalam pertempuran, termasuk Militer Filiphina, warga sipil, dan para pemberontak. Diperkirakan 250.000 orang telah menungsi sejak pertempuran pertema berlangsung.

Presiden Filiphina Akan Menutup Pangkalan Militer AS Di Negaranya.

Seperti yang kita semua ketahui bahwa Militer Amerika Serikat memiliki pangkalan Militer di Negara Filiphina. Presiden Filiphina Rodrigo Duterte yang notabene lebih akrab ke Rusia dan Cina mengancam akan menutup pangkalan Militer AS di negaranya bila masih ikut campur dalam urusan militer negara tersebut.

Seperti yang telah Duterte katakan pihaknya menolak aliansi jangka panjang antara Washington- Manila, sehingga menyebut mantan Presiden Amerika Serikat Barackn Obama sebagai "pelacur", dan berjanjin untuk segara menutup pangkalan Militer AS di negara tersebut, Ia juga mengklaim bahwa Rusia dan Cina akan siap menyediakan bantuan militer dan keuangan yang sedang dibutuhkan pasukan militer Filiphina sekarang ini.

No comments:

Post a Comment